Senin, 06 September 2010

Penyakit yang bernama "EGOISME"



Secara etimologi, egoisme dapat diartikan sebagai berikut:
ego·is·me /égoisme/ n 1 Psi tingkah laku yg didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri dp untuk kesejahteraan orang lain; 2 Fil teori yg mengemukakan bahwa segala perbuatan atau tindakan selalu disebabkan oleh keinginan untuk menguntungkan diri sendiri
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Dan setelah bertapa di gunung merapi dan berguru kepada Mbah Maridjan Lies, akhirnya TS mendapatkan wangsit, yang intinya menyatakan bahwa bangsa Ini telah dikerdilkan oleh sebuah penyakit kronis yang bernama "egoisme". Penyakit ini telah menjalar ke seluruh elemen bangsa ini, mulai dari Pemimpin sampai ke rakyat jelatanya. Dan berita buruknya adalah bahwa penyakit egoisme ini telah merasuk sampai ke urat saraf yang paling dalam. hiii sereeemmm... Kalo sudah begini TS berkesimpulan bahwa bangsa ini harus segera mendapatkan perawatan kelas ICU atau bahkan bila perlu ICCU. Dan kalau tidak segera ditangani, sebaiknya kita sudah siap2 untuk mengucapkan "Innalillaahi wa inna ilaihi roji'uun"...

TS berani menyimpulkan bahwa penyakit tersebut telah sangat kronis menyerang bangsa ini, setelah menemukan gejala-gejala sebagai berikut:

1. Korupsi semakin merajalela

Korupsi secara etimologi dapat diartikan sebagai : penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain; (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Dari definisi di atas, sudah jelas kan bahwa perilaku korup disebabkan oleh adanya egoisme pada diri pelakunya. Dan apabila para pelakunya ini semakin banyak dengan jumlah (kuantitas) perbuatnannya yang semakin besar pula besaran nilai yang dikorup, maka sudah saatnya kita memulai "count down" terhadap saat-saat terakhir kelangsungan hidup bangsa ini.

2. Pelanggaran peraturan sudah lumrah

Sebenarnya ini adalah aib bangsa kita, dimana ungkapan salah kaprah "peraturan dibuat untuk dilanggar" telah begitu mengakar pada sebagian besar warga kita. Bahkan tak sedikit oknum dari aparat penegak hukum justru turut ambil bagian dalam pelanggaran peraturan. Contoh yang paling gampang yang sering kita lihat sehari-hari adalah pelanggaran lampu merah serta pelanggaran jalur busway. TS sangat yakin, para pelanggar peraturan tersebut ketika ditanya "apakah anda tahu kalau anda ini melanggar peraturan" pasti menjawab "ya saya tahu"(at least di dalam hati). Lantas, kalau mereka tahu bahwa peraturan melarang perbuatan tersebut, kenapa tetap dilanggar? Jawaban paling hakiki adalah karena egoisme para pelaku, yang ingin segera melaksanakan niatnya/kepentingannya, serta berbagai dalih lain yang kesemuanya merupakan pengejawantahan sifat egoisme seseorang.

3. Pemimpin lebih memikirkan pencitraan daripada nasib rakyatnya

Maaf pemimpinku, saya terpaksa mengatakan ini. Karena saya telah bosan dengan segala keegoisanmu. Yang hanya mementingkan citra daripada memikirkan solusi terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok, rendahnya kualitas pendidikan di bagian pelosok negeri ini, ataupun derita rakyat Porong Sidoarjo akibat ulah Pengusaha Rakus....dst...ga enak saya menyebutkan lagi...
Kamu pun hanya mementingkan kepentingan keluargamu daripada rakyatmu. Bisa apa sih itu si bocah baru lulus SMA mengurusi Partai Besar?

4. Hilangnya budaya Antri

Budaya antri mencerminkan penghargaan terhadap sistem dan aturan main yang berlaku umum serta kepentingan orang lain yang sama-sama ingin mendapatkan sesuatu dengan kita. Masih terlintas di dalam benak, pembagian bantuan sembako yang begitu kisruh, dimana para calon penerima saling berebut satu dengan yang lain. Egois bukan????

5. Pembajakan merajalela

Pembajakan yang TS dimaksud di sini adalah pembajakan dengan pengertian "mengambil hasil ciptaan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizinnya"(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sudah bukan rahasia lagi bahwa negara kita adalah salah satu negara dengan tingkat pembajakan paling tinggi di dunia. Motifnya apalagi kalau bukan dalam rangka meraih keuntungan pribadi, meskipun harus merugikan orang lain. Kalau sudah begini, apalagi namanya kalo bukan egois????

6. Penimbunan barang-barang kebutuhan pokok

Praktek ini sudah sangat jelas merupakan wujud egoisme para pedagang kita yang ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari efek fluktuasi harga suatu komoditi. Praktek ini sudah seperti menjadi penyakit musiman bangsa ini, terutama ketika mendekati event-event tertentu.



Sementara hanya ini gejala-gejala penyakit "Egoisme" yang bisa TS identifikasi. Nanti kalau TS menemukan yang lainnya, akan segera diupdate deh di post ini...Begitu pula kalau ndan/ndin ada yang menemukan gejala yang lainnya, mohon dishare disini ya...untuk menambah wawasan TS dan semoga kita semua mendapatkan manfaat dari thread ini...Bagi ndan/ndin yang tidak setuju dengan thread TS ini, diharapkan pula kritik2nya...sepedas apapun kritik agan & sista, akan TS terima dengan hati yang senang..

0 komentar on "Penyakit yang bernama "EGOISME""

Posting Komentar

Senin, 06 September 2010

Penyakit yang bernama "EGOISME"


Secara etimologi, egoisme dapat diartikan sebagai berikut:
ego·is·me /égoisme/ n 1 Psi tingkah laku yg didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri dp untuk kesejahteraan orang lain; 2 Fil teori yg mengemukakan bahwa segala perbuatan atau tindakan selalu disebabkan oleh keinginan untuk menguntungkan diri sendiri
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Dan setelah bertapa di gunung merapi dan berguru kepada Mbah Maridjan Lies, akhirnya TS mendapatkan wangsit, yang intinya menyatakan bahwa bangsa Ini telah dikerdilkan oleh sebuah penyakit kronis yang bernama "egoisme". Penyakit ini telah menjalar ke seluruh elemen bangsa ini, mulai dari Pemimpin sampai ke rakyat jelatanya. Dan berita buruknya adalah bahwa penyakit egoisme ini telah merasuk sampai ke urat saraf yang paling dalam. hiii sereeemmm... Kalo sudah begini TS berkesimpulan bahwa bangsa ini harus segera mendapatkan perawatan kelas ICU atau bahkan bila perlu ICCU. Dan kalau tidak segera ditangani, sebaiknya kita sudah siap2 untuk mengucapkan "Innalillaahi wa inna ilaihi roji'uun"...

TS berani menyimpulkan bahwa penyakit tersebut telah sangat kronis menyerang bangsa ini, setelah menemukan gejala-gejala sebagai berikut:

1. Korupsi semakin merajalela

Korupsi secara etimologi dapat diartikan sebagai : penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain; (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Dari definisi di atas, sudah jelas kan bahwa perilaku korup disebabkan oleh adanya egoisme pada diri pelakunya. Dan apabila para pelakunya ini semakin banyak dengan jumlah (kuantitas) perbuatnannya yang semakin besar pula besaran nilai yang dikorup, maka sudah saatnya kita memulai "count down" terhadap saat-saat terakhir kelangsungan hidup bangsa ini.

2. Pelanggaran peraturan sudah lumrah

Sebenarnya ini adalah aib bangsa kita, dimana ungkapan salah kaprah "peraturan dibuat untuk dilanggar" telah begitu mengakar pada sebagian besar warga kita. Bahkan tak sedikit oknum dari aparat penegak hukum justru turut ambil bagian dalam pelanggaran peraturan. Contoh yang paling gampang yang sering kita lihat sehari-hari adalah pelanggaran lampu merah serta pelanggaran jalur busway. TS sangat yakin, para pelanggar peraturan tersebut ketika ditanya "apakah anda tahu kalau anda ini melanggar peraturan" pasti menjawab "ya saya tahu"(at least di dalam hati). Lantas, kalau mereka tahu bahwa peraturan melarang perbuatan tersebut, kenapa tetap dilanggar? Jawaban paling hakiki adalah karena egoisme para pelaku, yang ingin segera melaksanakan niatnya/kepentingannya, serta berbagai dalih lain yang kesemuanya merupakan pengejawantahan sifat egoisme seseorang.

3. Pemimpin lebih memikirkan pencitraan daripada nasib rakyatnya

Maaf pemimpinku, saya terpaksa mengatakan ini. Karena saya telah bosan dengan segala keegoisanmu. Yang hanya mementingkan citra daripada memikirkan solusi terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok, rendahnya kualitas pendidikan di bagian pelosok negeri ini, ataupun derita rakyat Porong Sidoarjo akibat ulah Pengusaha Rakus....dst...ga enak saya menyebutkan lagi...
Kamu pun hanya mementingkan kepentingan keluargamu daripada rakyatmu. Bisa apa sih itu si bocah baru lulus SMA mengurusi Partai Besar?

4. Hilangnya budaya Antri

Budaya antri mencerminkan penghargaan terhadap sistem dan aturan main yang berlaku umum serta kepentingan orang lain yang sama-sama ingin mendapatkan sesuatu dengan kita. Masih terlintas di dalam benak, pembagian bantuan sembako yang begitu kisruh, dimana para calon penerima saling berebut satu dengan yang lain. Egois bukan????

5. Pembajakan merajalela

Pembajakan yang TS dimaksud di sini adalah pembajakan dengan pengertian "mengambil hasil ciptaan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizinnya"(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sudah bukan rahasia lagi bahwa negara kita adalah salah satu negara dengan tingkat pembajakan paling tinggi di dunia. Motifnya apalagi kalau bukan dalam rangka meraih keuntungan pribadi, meskipun harus merugikan orang lain. Kalau sudah begini, apalagi namanya kalo bukan egois????

6. Penimbunan barang-barang kebutuhan pokok

Praktek ini sudah sangat jelas merupakan wujud egoisme para pedagang kita yang ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari efek fluktuasi harga suatu komoditi. Praktek ini sudah seperti menjadi penyakit musiman bangsa ini, terutama ketika mendekati event-event tertentu.



Sementara hanya ini gejala-gejala penyakit "Egoisme" yang bisa TS identifikasi. Nanti kalau TS menemukan yang lainnya, akan segera diupdate deh di post ini...Begitu pula kalau ndan/ndin ada yang menemukan gejala yang lainnya, mohon dishare disini ya...untuk menambah wawasan TS dan semoga kita semua mendapatkan manfaat dari thread ini...Bagi ndan/ndin yang tidak setuju dengan thread TS ini, diharapkan pula kritik2nya...sepedas apapun kritik agan & sista, akan TS terima dengan hati yang senang..

0 komentar:

Posting Komentar